Oleh: Tressi A hendraparya
Halnya sebuah
kawasan tempat berlangsungnya industri, maka di Bagansiapiapi masyarakat pun
terstruktur mengikuti kondisi infrastruktur ekonomi,yakni; terbentuknya
pelapisan sosial berdasarkan perannya dalam industri perikanan. Pembentukan
strata ini, berlangsung sejak awal berdirinya desa hingga perubahan dalam skala
makro, yakni masuknya balatentara Jepang ke Bagansiapiapi. Dapat diidentifikasi
bahwa disini masyarakat terbagi atas; Kelompok birokrasi, Tauke, Pedagang,
Nelayan, Buruh dan pekebun. Selain dari
kelompok lapisan masyarakat berdasarkan profesi, dapat dilihat juga bahwa bermunculannya
kelompok-kelompok “informal” di Bagansiapiapi, terutama di komunitas China. Kelompok ini muncul sebagai
respon tingginya persaingan dalam memperbutkan sumber daya, khususnya perikanan.
Pada dua
dasawarsa 1920-an hingga 1930-an, pers
era Kolonial sempat menyebut Bagansiapiapi sebagai “Klein Chicago” (Chicago Kecil) dalam laporan beritanya. Sebutan ini mengingat bahwa kehidupan
komunitas China di Bagansiapiapi, terindikasikan memiliki kemiripan dengan yang
terdapat di Chicago, Amerika Serikat,
yakni; adanya kelompok gangster yang
melakukan teror terhadap masyarakat, seperti dilansir dalam Warta seperti De Sumatra Post (16 desember 1925;
9-11-1932); Het Nieuws Van den Dag voor Nederlandsch Indie (9-2-1926); Dalam melakukan aksinya, kelompok ini tidak
segan-segan untuk melakukan intimidasi, pemerasan, hingga pembunuhan. Kelompok gangster
melakukan pemungutan uang terhadap para pengusaha /tauke dan
pedagang di Bagansiapiapi. Berikut
cuplikan kisahnya:
Kami sudah memberikan
beberapa rincian tentang satu penemuan
yang terdapat di Bagan Si Api- Api,
yakni mengenai suatu Komunitas
China Rahasia…. Di Bagan Si
Api Api, Bengkalis dan sekitarnya
ditemui bahwa anggota komunitas rahasia tersebut melakukan teror
pada masyarakat…. Dalam kasus yang terdeteksi Pedagang kaya dipaksa untuk bergabung ke dalam Komunitas rahasia dan menyerah kepada
intimidasi, kemudian bergegas menuju ke dalam kekuasaannya dimana mereka diharuskan
membayar cukup besar dengan variasi antara f 300 - f1000.- jika mereka takut .... dari Sebuah warung
kopi kecil yang mana dikunjungi oleh beberapa anggota kelompok gangster. Atas
nama asosiasi, mereka meminta uang kepada
pemilik kedai dengan paksaan dan
ancaman. Pagi berikutnya, mereka kembali dalam jumlah besar sehingga
seluruh warung penuh, dan hanya memesan
secangkir Kopi dan tetap di sana sampai malam hari ….Sekitar dua ratus orang yang terkait dengan aksi teror ditahan karena partisipasinya dalam sebuah
Komunitas rahasia dan dihukum tiga bulan
penjara. [1]
Berikutnya
dalam berita De Sumatra Post; 9-11-1932,
Pada jurnal Pemerintahan Sipil kita
menemukan hal yang sangat menarik (ditulis) oleh Tuan "Baalbargen"
(Kontrolir Bagansiapiapi) tentang keberadaan komunitas rahasia China di Bagan Si Api Api, yang dapat dibaca, bahwa tuan-tuan tidak
segan-segan untuk membunuh dan khususnya petarung dari (China)
Daratan….. .
Terdapat
teror yang cukup dalam terhadap para nelayan, terutama berasal dari utusan
kongsie agresif rahasia.. Para tauke, dan tidak ada hal lain tetapi hanya
tentang pembayaran. Tauke mungkin melawan, akan tetapi dalam kenyataannya tetap
membayar karena dia tahu jika tidak usahanya akan dihentikan.
Intimidasi terutama dilakukan terhadap nelayan dan
kuli, dalam waktu singkat…..menunjukkan kerugian besar sejumlah uang. Selain itu, …jumlah yang berkisar dari f 10 ke f 25 per tauke dan mereka kemudian memilih
membayar jumlah tersebut daripada mengambil berisiko. Orang akan bertanya-tanya mengapa mereka
tidak meminta
bantuan Dewan Kota untuk diambil tindakan.
Pertama tidak ditentukan oleh hubungan darah,
kedua; juga bukan oleh sulitnya
perlindungan oleh polisi seperti terhadap nelayan dan kuli di laut, tetapi oleh
luasnya percabangan kongsie rahasia, bahwa mereka mereka memiliki "agen" di Malaka, Penang dan
Singapura, di tempat-tempat dimana pedagang ikan Bagan hidup dan ia cepat atau lambat akan jatuh sebagai
korban balas dendam dari gang jika ia berani melaporkan intimidasi gang
tersebut. Tauke mungkin terhalang, namun akan ada campur tangan polisi, meski
hanya akan berhadapan dengan senyum ramah dia memastikan bahwa dia tidak punya
uang untuk membayar, bahkan hanya sedikit pengetahuan tentang komunitas
Rahasia…………………
Kadang-kadang orang menemukan sejumlah kecil pesan
keluar yang dikenal sebagai "tangan hitam” atau sebagai sebuah kata yang harus ditebak. Kita tidak
boleh berpikir bahwa kongsie tidak melakukan
apa-apa sama sekali untuk melindungi apa yang tauke lakukan. Bukan begitu, mereka memang dilindungi
terhadap kelakuan buruk lainnya dari
kongsie itu, khususnya terhadap resiko pembajakan.
Seluruhnya
terlibat
Tidak terpikirkan untuk tidak berafiliasi dengan
kongsie. Konsekuensi penolakan adalah jaring dan alat penangkap ikan
lainnya, sampan, bahkan barang dalam
gudang akan menghilang bagai "udara menguap" yang diakibatkan oleh
berbagai pencurian, karena setiap orang
tahu bahwa individu dapat melakukan apa-apa sebagai balasannya. Hanya kongsie
agresiflah yang dapat melakukan untuk "mendapatkan uang" dan
keunggulan pun diperoleh melalui jumlah
keanggotaan yang besar, hal ini membawa situasi suram bagi para nelayan
dan tauke yang menghadapinya dengan cemas...
Hal ini kadang-kadang terjadi bahwa
kota tiba-tiba berada dalam kekacauan, di mana-mana suara gagap ketakutan dan histeris
terdengar dari kedei China dengan suara keras, "Sauve qui peut"
(setiap orang untuk dirinya sendiri)
yaitu untuk penghuni jalanan dan tertutup untuk umum, hingga orang-orang
tergesa-gesa mencoba untuk segera mencapai rumah atau club house…………………
Kemudian kelompok
ini biasanya menghilang, dengan
meninggalkan lawan di tangga dengan
beberapa luka yang bisa saja parah yang diakibatkan oleh pukulan benda
tumpul……….
"Pekerjaan" yang sebenarnya dilakukan oleh
"petarung profesional" yang
sering tak terduga dan secara rahasia tiba
dari China daratan;…………………
Orang tidak
perlu berpikir bahwa apa pun berita tentang korban yang terjadi karena dendam dan
dalam upaya terus mempertahankan
eksistensi kongsie tersebut……
Pembunuhan terakhir dengan cara yang sama terjadi di
akhir bulan Desember 1927. Kongsie
Ho Hm yang berada dibawah pengawasan
polisi telah bertindak di luar koridor;
berikut ini adalah nama bersalah lainnya seperti; Hok Gie, Hm Ho dan lainnya yang secara substansial memiliki
kepentingan "pendirian Serikat Pedagang Ikan” adalah akhirnya upaya pembersihan pengikut
Sara Tiam Boei pada tahun 1925 oleh Kontrolir Smith.
Para pedagang,
dipimpin klan Oei, yang merupakan bagian terkecil dari Populasi. Kongsie Rahasia kecil yang kepentingannya dilindungi setelah
"penghinaan" Sara Tiam juga menjadi sibuk dengan urusan kongsie
tersebut…………..
Klein (Little)
Chicago.
Banyak tauke kecil, yang sebelumnya berkontribusi
pada Sam Tiam (alias Chin Liong Tong
serikat pekerja), berpikir ia telah tiba dengan selamat dibawah pengawasan Pemerintah. Sam Tiam, ya, bahkan pergi
sendiri setelah melakukan intimidasi
kecil terhadap Ho Hm..
Sam Tiam (Chin Liong Tong) tidak
dapat memenuhi pembayaran secara bertahap akan
kewajiban keuangannya, kemudian
petarung dan pemimpin mereka bertemu untuk
penghormatan dan pemulihan reputasi. …………..
Pemimpin
mereka Kho Poei Loy semacam imam "terkenal"
dan pawang hujan akhirnya memutuskan untuk melawan
intimidasi tersebut. Karena visibilitas polisi
menyababkan ia meninggalkan segalanya termasuk pengembangan bisnisnya di Klang dan P. Ketam … Ketika akhirnya para
petarung Ho Hm tampil begitu beraninya yang
disebabkan istri dari Sam Tiam
mengalami penghinaan
kasar - saudara perempuan dari salah
satu petarung Sam Tiam berakibat
pada diputuskannya hukuman kematian
bagi dua orang dari pihak lawan, yang terlibat dalam penghinaan berat tersebut. Putusan hukuman itu adalah "menembak
mati dengan menggunakan revolver di Kota di tengah umum", yang juga memiliki
fungsi propaganda balas dendam,…… uang
sangat dibutuhkan untuk membayar
tiga petarung senjata
sejumlah seribu gulden…. Kebiasaan korban diidentifikasi, kongsie tahu bahwa
untuk pembunuhan hanya ditakuti di daerah terpencil di kota, tapi siapakah
yang merasa cukup aman di pusat kota tersebut
bahwa pada realitanya dalam semua kedei Kopi dan hiburan, terutama berada
di bawah kendali kongsie mereka sendiri……
Beberapa kedai
kopi tetap
dalam "diatas jam"
malam yang diatur oleh ‘sahabat’ yang sering mengunjungi mereka, ini
menjadi "berbagi" dari pemiik kedei kopi sebagai ganti perlindungan" mereka…
Setiap waktu di akhir
Desember, dimasa yang
tenang bagi Perikanan, kota penuh
sesak dengan nelayan
muda, sore hari di pusat kota
di luar restoran,
Sangat ramai orang China
mencari hiburan di Teater dan kedei-kedei kopi. Banyak
wajah-wajah yang asing, bahkan nelayan muda dari pemukiman tetangga….., sehingga tidak terlihat
dan tidak disadari oleh mereka telah hadirnya puluhan orang asing.
Pada tanggal 23 Desember 1927 di malam hari jam sembilan tiba-tiba terjadi
suatu peristiwa yang aneh di saat itu, persimpangan paling ramai yang terang
benderang, tepat sebelum teater China.
Tiga laki-laki keluar dari kerumunan kemudian pergi dan mereka berjalan di
bawah keremangan yang gelap di kaki lima
(indoor jalan wilayah untuk toko) pada arah sudut kedei kopi…
lalu terdengar beberapa
tembakan - dua korban
mati terhempas, Penduduk yang melihat kejadian buru-buru
membubarkan diri dan menghilang. Seorang
anggota polisi kota bergegas
menuju ke lokasi kejadian..
Sementara
beberapa orang dari kelompok gang itu menjalankan strategi
pengalihan perhatian dengan berteriak kebakaran, dan dengan demikian menarik perhatian warga di bagian lain kota.
Ini adalah kekacauan besar
karena rumah-rumah kayu yang
dibangun Bagan Api-Api telah
dikenal dengan ancaman bencana kebakaran
yang mengerikan dan "alarm
kebakaran" segera membawa serta seluruh
penduduk pada suatu
kondisi “ketakutan yang menggila”,
dinyatakan dalam sebuah “home run” sesegera mungkin untuk menutup dan mengambil segalanya langkah-langkah yang diperlukan untuk keselamatan
keluarga dan harta benda…
Sebelum kita tahu persis apa yang terjadi,
para pelaku telah melarikan diri dengan menggunakan
sampan……….
Persaingan
dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas, ternyata telah menimbulkan
sebuah persoalan sosial dalam komunitas industri ikan di Bagansiapiapi seperti
yang telah ditunjukkan oleh beberapa warta di era Kolonial. Upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kolonial adalah dengan dilakukannya penahanan
terhadap sejumlah orang yang dianggap terlibat dalam keanggotaan “Gangster”. Riuhnya kekayaan muara
Rokan, telah menumbuhkan petualang-petualang yang datang dari berbagai penjuru,
dengan kekuatan sindikasi mencoba dengan berbagai cara melakukan teror dan
intimidasi terhadap tauke, pedagang dan
nelayan di Bagansiapiapi.
macam film jet li lah
BalasHapus