Beberapa pengamat menyatakan bahwa even Bakar Tongkang di Bagansiapiapi merupakan ekspresi masyarakat multikultural yang berlangsung di Kota nelayan tersebut; bahwa kebhinekaan terjaga dalam bingkai masyarakat Melayu di Pantai Timur Sumatra. Kondisi tersebut, sebenarnya telah berlangsung jauh diera masyarakat kolonial yang majemuk. Bagansiapiapi, yang telah bertransformasi dari "desa" nelayan menuju "Kota Nelayan," merespon lingkungannya yang berubah. Seperti
layaknya kehidupan urban, maka interaksi antar warga Kota terjadi dalam konteks kepentingan
ekonomi. Meskipun demikian, kehidupan sosial perkotaan memiliki wadah yang
memungkinkan terjadinya interaksi sosial, sebagai contoh ketika berlangsung
event perayaan, seperti yang diberitakan dalam De Sumatra Post tanggal 12
September 1928, dalam pemberitaan berjudul
“Koninginne_Dag Te Bagan Api-Api” :
“ …. Kantor Kontrolir di hias dengan meriah,
diperkirakan Resepsi akan berlangsung disiang hari… yang dihadiri para pemuka
masyarakat, Pejabat Pemerintahan
Priboemi dan Eropa, serta para Tauke.. Setelah beberapa lagu yang dimainkan
oleh anak-anak sekolah Misi(Liliy Injo putri dari Injo Beng San-Letnan China
Bagansiapiapi- terlihat diantara barisan anak-anak tersebut), juga nyanyian
dari murid sekolah pribumi dan China, Toean
Baalbargen memulai pidato sambutan perayaannya,
dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Distrik Pemerintahan Setempat
dan juga Letnan China..dalam suasana upacara yang khidmat, Kepada Inyo Beng San
dianugrahi Bintang Emas Kesetiaan oleh Kepala administrasi pemerintahan
setempat.. … prosesi parade melalui kota dihiasi
dengan bendera, korps musik China
juga Priboemi….. Dalam Perayaan malam
itu juga diadakan terpusat di lapangan tenis yang dihias dengan meriah dan
antusiasme yang tinggi.. dimeriahkan
juga oleh Orkes Batak, Band Melayu dan China yang terkenal.. bahkan
dimeriahkan juga dengan berbagai atraksi, seperti; Pentjak.. sementara itu juga
dihidangkan Sate kambing dan minuman dingin pelepas rasa haus…. Ini adalah hasil kerja keras secara
bersama-sama dari seluruh anggota
komisi perayaan,
yang mencakup; Datoek Tjomel, Achmad, dan Soedjadi yang saai itu mereka duduk berdampingan dengan Kontrolir Toean
Baalbargen.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar