.

Rabu, 24 September 2014

SEJARAH BAGANSIAPIAPI: KEBAKARAN BESAR 1920

Oleh : Tressi A Hendraparya



29 April 1920,   Menuju Bagan Si Api Api! 
Bagan Si Api Api habis Terbakar
I

Tahun 1920, terdengar khabar bahwa seorang Gubernur dari Pantai Timur akan menuju Bagansiapiapi dengan menggunakan kapal S.S.Singkel yang juga membawa sejumlah bahan pangan, terutama beras ke daerah yang terkena bencana: Bagansiapiapi. Oh ya, Saat itu, Bagansiapiapi dikabarkan dilanda kebakaran hebat, yang hampir menghanguskan seluruh kota. Lantas apa yang ditulis para kuli tinta?

Wat nu?  Een boot charteren?  ‘t Zou wat kostbaar worden.

hmm.. biar saja, kan pemerintah yang bayar, akan tetapi, untuk mencapai  Bagansiapiapi dari Medan, maka mungkin saja mengingat jembatan reyot di jalan dari Medan menuju Tandjong-Balei .... pada dahulu kala kondisnya begitu berlumpur, kotor, mati.. Lalu mereka memutuskan untuk ikut dalam rombongan gubernur, dan sesampainya di Balei, bertanya tentang jadwal kapal dengan agen K.P.M. dimana masih sempat untuk dikejar trip-nya, setelah itu:

= Telok Niboeng, chauffeur !
   ‘n Kwart slag keerde de man zich om.
= Tida bisa toean.
= Wat tida bisa?  Is de auto kapot?  Of  heb je geen benzene meer?
= Sampe toean,  tetapi tida ada djalan troes di Telok-niboeng.

Dan kemudian kami mendengar, apa yang kita benar-benar berada di bawah pengalaman historis dan jounalistik yang kita harus ketahui: Bahwa pemerintah Pelabuhan di Telok Niboeng tidak memiliki cara untuk meletakkannya, atau setidaknya mereka tidak menyelesaikannya.

Empat tahun yang panjang, pelabuhan bekerja dengan rute yang sibuk. Dan ketika ia akhirnya muncul dengan kondisi yang dikatakan hampir siap ternyata tidak terdapat jembatan yang sangat diperlukan.  Sementara itu saat ini secara keseluruhan di tempat lainnya jembatan kayu dikerjakan  dengan sukses! – nampaknya disini memang  masih harus menunggu… Ini santai saja. Akan tetapi bahkan lebih luar biasa adalah bahwa di Deli saat ini  di jalur Telok Niboeng  secara tiba-tiba pembangunan jembatan kayu diputuskan. Dalam waktu singkat akan mengungkapkan berakhirnya pembangunan jalan. Apakah ini bukan sebuah Keputusasaan bagi orang Balei! Ternyata tidak,…  Pertama adalah tempat wisata di Balei  dari alamat yang kami surati.  Kedua adalah lalu lintas pada jalur Tanjong Balei Telok Niboeng,  dapat diambil perjalanan beberapa mil tanpa henti! Kebanggaan akan “Deli Spoor”,  jadi kami diberitahu tentang hal ini..

Di stasiun bertemulah mereka dengan pejabat Balei dan akhirnya kepastian didapat bahwa Gubernur tidak berkunjung ke Bagansiapiapi dengan kapal wilayah melainkan menggunakan SS.Singkel. Menjelang setibanya di Bagan, dari kejauhan sang Gubernur dengan menggunakan teropong mencoba melihat kota - terhadap deretan rumah, tidak tampak adanya asap yang membumbung tinggi, juga sisa kobaran api: dan nampaknya, tidak terlihat dampak yang sangat serius sebagaimana yang diterima beritanya dari telegram.  Tidak mudah untuk mempercayai apa yang telah disampaikan kepala pemerintahan daerah Bagan jika hanya melihat lokasi dari kejauhan. Dari Singkel, adanya api seolah-olah  tidak dapat  ditanggapi dengan serius, kondisi yang bertolak belakang dengan isi telegram… Seketika, tibalah Kontrolir Boejinga dengan sebuah perahu motor kecil menyambut dan segera membawa rombongan Gubernur ke Pantai. Saat diperjalanan, Gubernur mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan kebakaran, seberapa besarkah bencananya?

……….. Di pantai, di mana lantai dermaga yang kering dan  panjang membentang ke arah hulu sungai terlihat kekakacauan , kami melihat bukti pertama dari kehancuran  dan kerusakan… dan beberapa lantai kering di reruntuhan. Samar-samar ada beberapa gumpalan asap naik dari situ. …… Orang Eropa, pihak berwenang Cina dan pribumi maju dan ……Kemudian diikuti olehmenshenmenigte” (kerumuman orang) yang  padat, yang mengetahui bahwa kita telah membawa makanan dan bantuan, dimulai di sekitar koridor. …. Terletak di Bagan-Tengah,  sebelah timur desa nelayan-, ... ... .. sebuah tempat terpencil yang reruntuhannya masih membara. …. Seluruhnya terbakar, tempat yang dulunya begitu hidup, distrik komersial yang  sibuk. ….. Bagaimana  itu: tiba-tiba di malam hari dari Sabtu ke Minggu ternyata sinyal kebakaran yang terdengar. Namun nampaknya warga tidak terjaga …. atau api, di mana-mana di rumah-rumah kayu dan tanah gambut, api menemukan mangsanya…..  Semua hilang dari mereka..nelayan begitu putus asanya,  tak berdaya irasional dan berlarian ketika api membakar tempat mereka... Mereka berlari seperti orang gila dari satu tempat ketempat lainnya.  Nampak para perempuan, setengah berpakaian, begitu keluar dari tempat tidur anak-anak mereka melangkah gamang, laki-laki berjalan dan melambai pada orang-orang. Perintah Sipir tidak diikuti. Permintaan mendesak, doa terdengar tidak  serius…  …di sini, kemudian, bahwa rumah-rumah dilanda api yang berkobar  dan atap berderak runtuh, …. bunga api besar turun dan serpih jelaga hitam, dalam badai yang berubah dengan tentunya angin kencang..

Kontrolir, akan datang kembali, beberapa pria bersenjata ditempatkan di sisi sungai. Dan keesokan paginya, terlihat kano diisi dengan properti hasil curian, mereka ingin membawanya keluar Bagan,dan tiba-tiba kontrolir melihat dan segera saja menyiapkan beberapa senapan dan mencari mereka yang ternyata telah lari berlayar. Meskipun demikian, dalam kepanikan masih banyak juga  yang dapat diselamatkan. Seperti ditunjukkan bahwa  banyaknya harta di rumah Letnan China telah berubah  menjadi  gunung api. Dia memiliki  dua rumah di Bagan. Disebutkan bahwa rumah sang Letnan memiliki perabotan mewah, ukiran mahal, gading dan marmer terpasang….. Rumah, itu yang paling dekat dengan pusat bisnis yang terletak ditepi air, terbakar habis… Hampir menangis  dia mengatakan kepada kami tentang kerusakannya. Kemudian Kami berbicara sebentar dengan istrinya,  memikirkan gagasan tentang apa yang terjadi….  …adalah sejumlah Ratusan pedagang, hartanya  telah terbakar, tidak  meninggalkan apa-apa. Tidak ada rumah tinggal, tidak ada tempat tidur untuk tidur, tidak ada pakaian untuk melindungi dan melawan malam yang dingin. . Setengah telanjang para pria bergegas di antara reruntuhan di sekitar gudang ke sungai tempat  mereka menghabiskan malam. Permintaan pertama mereka untuk sang gubernur: Pakaian dan selimut. Ini akan segera dikirim. …. Untuk sesaat sepertinya, atau bahkan gedung-gedung pemerintah, itu akan ditindaklanjuti... Bunga api lebih intens dalam hitungan menit dan sudah mengancam kantor kontrolir, rumah pejabat eksekutif hingga sebuah kompleks hunian… Nyonya Boejinga[1]. yang merasa takut segera saja meninggalkan semua perabotannya dan keluar. Tapi untungnya angin tiba-tiba berbalik dan bahaya telah berlalu.. .. Bangunan  lainnya milik Pemerintah hampir semuanya utuh. Mungkin ini yang dinamakan mukjizat… Mungkin saja hujan yang jatuh sebelumnya membuat atap lembab dan itu telah membantu meredamnya

Dalam 2,5 jam  bahaya terbesar telah berlalu. Bagan Tengah tidak lebih, yang tersisa hanya desisan dari kepulan asap… itulah akhir dari kota.. semuanya, ketiadaan cahaya, ratapan warga, dan setelah kesengsaraan malam ketika bara api mulai padam, serombongan pekerja paksa tiba untuk menyajikan kegiatan pertama pasca kebakaran. Selasa pagi, ketika Gubernur tiba, semua narapidana sedang bekerja.. Berapa banyak dari mereka yang terkena dampak bencana  Bagan masih perlu untuk diidentifikasi. Tapi yang pasti,   bahwa beberapa orang Cina setelah kobaran api  telah memilih untuk berlayar.  Sementara dari atas Singkel, akan diturunkan muatan yang dibawa dari  dari Tandjong Balei adalah sebanyak 800 sak beras menurut  data yang sebelumnya telah diperoleh.  Sementara itu orang-orang China menolak untuk menyediakan perahu-perahu mereka dan  terlalu disibukkan dengan pekerjaan mereka sendiri. Singkel yang tertunda beberapa  jam saja,  ini berarti pemerintah sebagai pihak yang telah menyewanya, tentu saja akan menderita kerugian.   Dan ketika negosiasi dengan kelompok tak memperoleh hasil: begitu banyak dari perahu layar enggan untuk menangani masalah Singkel yang bahkan orang-orang China menolaknya. Akan tetapi ketika mereka mendapati polisi bersenjata yang diperkuat dari kesatuan Bengkalis telah terlihat mendekat, mereka segera mengirimkan perahu-perahunya. Dan ini, cukup bagi Sinkel  untuk segera menurunkan muatannya tersebut.

Di sisi lain, gubernur dan otoritas utama Bagan mengadakan rapat dengan para tauke. Selama berjam-jam berada di gedung afdeelingsbank diadakan pertemuan dan dibahas banyak persoalan dimana yang pertama harus dilakukan untuk mengatasi bencana di Bagan untuk bencana seperti ini – dan ini bukan yang pertama!   Segera saja  tampil perwakilan mayoritas pemilik rumah-rumah yang terbakar;   Letnan China dari Bengkalis itu. Dia mengusulkan agar  sesegera mungkin memulai rekonstruksi, namun dengan format yang berbeda, seperti pengaturan jarak antar bangunan agar api tidak mudah menyebar. Selain itu, menerapkan pembangunan dengan bahan tahan api,kebutuhan tangki air,  atau juga dipertimbangkan pembelian pompa air untuk pemadaman api.   Tentu saja, seperti di Amsterdam akan diterapkan ke Bagan. Tapi  bagi kota nelayan tersebut hal ini akan terkait dengan biaya yang tinggi. Jadi kita berdiri di sini untuk acara yang fatal, yang akan menunjukkan lagi dan lagi. Gubernur benar-benar bertanya-tanya tentang kenyataan bahwa terakhir api telah berkobar pada tahun 1908………

Terdapat periode bebas bencana selama lebih dari 12 tahun, dan ia mengatakan kepada kami tentang Banjarmasin, Pontianak dan tempat-tempat lain, dengan cara yang sama  pula kedepan Bagan akan dibangun, bahwa kebakaran  mengikuti satu sama lain dengan lebih cepat. Dalam waktu dekat,  tempat nelayan telah dibangun dan dilakukan tindakan pencegahan yang paling seksama, karena itu diharapkan hanya sesekali saja akan didengar kebakaran besar di sana.   Api tidak hanya sekedar karakter, akan tetapi juga berkaitan dengan nama dari tempat ini,dan mungkin tidak akan pernah menghilang dari lembaran sejarah Bagan Api Api.

Mungkin ada juga yang didapati lebih merugikan. Bagi siapa pun hanya beberapa jam telah bertempat tinggal di desa nelayan, akan mengakui bahwa api sebenarnya adalah sekutu efektif dalam pertempuran melawan sesuatu yang besar, yang di sini, dengan ikan kering dan membusuk, mungkin suatu obsesi yang mengerikan telah terjadi. Tapi akan saya katakan besok dalam sebuah artikel yang terpisah.


[1] Istri dari Mr.Boejinga yang merupakan kontrolir saat itu .

GANGSTER KOTA NELAYAN

Oleh: Tressi A hendraparya


Halnya sebuah kawasan tempat berlangsungnya industri, maka di Bagansiapiapi masyarakat pun terstruktur mengikuti kondisi infrastruktur ekonomi,yakni; terbentuknya pelapisan sosial berdasarkan perannya dalam industri perikanan. Pembentukan strata ini, berlangsung sejak awal berdirinya desa hingga perubahan dalam skala makro, yakni masuknya balatentara Jepang ke Bagansiapiapi. Dapat diidentifikasi bahwa disini masyarakat terbagi atas; Kelompok birokrasi, Tauke, Pedagang, Nelayan, Buruh dan pekebun.  Selain dari kelompok lapisan masyarakat berdasarkan profesi, dapat  dilihat juga bahwa bermunculannya kelompok-kelompok “informal” di Bagansiapiapi, terutama  di komunitas China. Kelompok ini muncul sebagai respon tingginya persaingan dalam memperbutkan sumber daya, khususnya perikanan.

Pada dua dasawarsa 1920-an hingga 1930-an,  pers era Kolonial sempat menyebut Bagansiapiapi sebagai “Klein Chicago” (Chicago Kecil) dalam laporan beritanya.  Sebutan ini mengingat bahwa kehidupan komunitas China di Bagansiapiapi, terindikasikan memiliki kemiripan dengan yang terdapat di  Chicago, Amerika Serikat, yakni; adanya kelompok gangster yang melakukan teror terhadap masyarakat, seperti dilansir dalam Warta seperti De Sumatra Post (16 desember 1925; 9-11-1932);  Het Nieuws Van den Dag voor Nederlandsch Indie (9-2-1926);  Dalam melakukan aksinya, kelompok ini tidak segan-segan untuk melakukan intimidasi, pemerasan,  hingga pembunuhan. Kelompok gangster melakukan pemungutan uang terhadap para pengusaha /tauke  dan  pedagang di Bagansiapiapi.  Berikut cuplikan kisahnya:

Kami sudah memberikan beberapa rincian  tentang satu penemuan yang terdapat di Bagan Si Api- Api, yakni  mengenai suatu Komunitas China Rahasia….  Di Bagan Si Api Api, Bengkalis dan sekitarnya  ditemui bahwa anggota komunitas rahasia tersebut melakukan teror pada masyarakat…. Dalam kasus yang terdeteksi Pedagang kaya  dipaksa untuk bergabung ke dalam Komunitas rahasia dan menyerah kepada intimidasi, kemudian bergegas menuju ke dalam kekuasaannya dimana mereka diharuskan membayar cukup besar dengan variasi antara f 300 - f1000.-  jika mereka takut .... dari Sebuah warung kopi kecil yang mana dikunjungi oleh beberapa anggota kelompok gangster. Atas nama asosiasi, mereka meminta uang kepada  pemilik kedai dengan  paksaan  dan  ancaman. Pagi berikutnya, mereka kembali dalam jumlah besar sehingga seluruh warung penuh,   dan hanya memesan secangkir Kopi dan tetap di sana sampai malam hari ….Sekitar dua ratus orang yang terkait dengan aksi teror  ditahan karena partisipasinya dalam sebuah Komunitas rahasia  dan dihukum tiga bulan penjara. [1]


Berikutnya dalam berita De Sumatra Post; 9-11-1932,


Pada jurnal Pemerintahan Sipil kita menemukan hal yang sangat menarik  (ditulis) oleh Tuan "Baalbargen" (Kontrolir Bagansiapiapi) tentang keberadaan komunitas rahasia China di Bagan Si Api Api,  yang dapat dibaca, bahwa tuan-tuan tidak segan-segan untuk membunuh dan khususnya petarung  dari (China) Daratan….. .
Terdapat teror yang cukup dalam terhadap para nelayan, terutama berasal dari utusan kongsie agresif rahasia.. Para tauke, dan tidak ada hal lain tetapi hanya tentang pembayaran. Tauke mungkin melawan, akan tetapi dalam kenyataannya tetap membayar karena dia tahu jika tidak usahanya akan dihentikan.
Intimidasi terutama dilakukan terhadap nelayan dan kuli, dalam waktu singkat…..menunjukkan kerugian besar sejumlah uang.  Selain itu, …jumlah yang berkisar  dari f 10 ke f 25  per tauke dan mereka kemudian  memilih  membayar jumlah tersebut daripada mengambil berisiko.  Orang akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak meminta bantuan Dewan Kota untuk diambil tindakan.
Pertama tidak ditentukan oleh hubungan darah, kedua;  juga bukan oleh sulitnya perlindungan oleh polisi seperti terhadap nelayan dan kuli di laut, tetapi oleh luasnya percabangan kongsie rahasia, bahwa mereka mereka memiliki  "agen" di Malaka, Penang dan Singapura, di tempat-tempat dimana pedagang ikan Bagan hidup  dan ia cepat atau lambat akan jatuh sebagai korban balas dendam dari gang jika ia berani melaporkan intimidasi gang tersebut. Tauke mungkin terhalang, namun akan ada campur tangan polisi, meski hanya akan berhadapan dengan senyum ramah dia memastikan bahwa dia tidak punya uang untuk membayar, bahkan hanya sedikit pengetahuan tentang komunitas Rahasia…………………
Kadang-kadang orang menemukan sejumlah kecil pesan keluar yang dikenal sebagai "tangan hitam” atau  sebagai  sebuah kata yang harus ditebak. Kita tidak boleh berpikir bahwa kongsie tidak melakukan  apa-apa sama sekali untuk melindungi apa yang tauke lakukan. Bukan begitu, mereka memang dilindungi terhadap  kelakuan buruk lainnya dari kongsie itu,  khususnya terhadap resiko pembajakan.

Seluruhnya terlibat
Tidak terpikirkan untuk tidak berafiliasi dengan kongsie. Konsekuensi penolakan adalah jaring dan alat penangkap ikan lainnya,  sampan, bahkan barang dalam gudang akan menghilang bagai "udara menguap" yang diakibatkan oleh berbagai  pencurian, karena setiap orang tahu bahwa individu dapat melakukan apa-apa sebagai balasannya. Hanya kongsie agresiflah yang dapat melakukan untuk "mendapatkan uang" dan keunggulan pun diperoleh  melalui jumlah keanggotaan yang besar, hal ini membawa situasi suram bagi para nelayan dan  tauke yang  menghadapinya dengan cemas...
Hal ini kadang-kadang terjadi  bahwa  kota tiba-tiba berada dalam kekacauan, di mana-mana suara gagap ketakutan dan  histeris terdengar dari kedei China dengan suara keras, "Sauve qui peut" (setiap orang untuk dirinya sendiri)  yaitu untuk penghuni jalanan dan tertutup untuk umum, hingga orang-orang tergesa-gesa mencoba untuk segera mencapai rumah atau club house…………………
Kemudian kelompok  ini  biasanya menghilang, dengan meninggalkan lawan di tangga  dengan beberapa luka yang bisa saja parah yang diakibatkan oleh pukulan benda tumpul……….
"Pekerjaan" yang sebenarnya dilakukan oleh "petarung  profesional" yang sering tak terduga dan secara rahasia tiba  dari China  daratan;…………………
Orang tidak perlu berpikir bahwa apa pun berita tentang  korban yang terjadi karena dendam dan dalam upaya terus mempertahankan eksistensi kongsie tersebut……
Pembunuhan terakhir dengan cara yang sama terjadi di akhir bulan Desember 1927.  Kongsie Ho Hm  yang berada dibawah pengawasan polisi telah bertindak di luar koridor;  berikut ini adalah nama bersalah lainnya seperti; Hok Gie, Hm Ho dan lainnya yang secara substansial memiliki kepentingan  "pendirian  Serikat Pedagang Ikan”  adalah akhirnya upaya pembersihan pengikut Sara Tiam Boei pada tahun 1925 oleh Kontrolir Smith.
Para pedagang,  dipimpin klan Oei, yang merupakan bagian terkecil dari Populasi. Kongsie Rahasia kecil yang kepentingannya dilindungi setelah "penghinaan" Sara Tiam juga menjadi sibuk dengan urusan kongsie tersebut…………..

Klein (Little) Chicago.
Banyak tauke kecil, yang sebelumnya berkontribusi pada  Sam Tiam (alias Chin Liong Tong serikat pekerja), berpikir ia telah tiba dengan selamat  dibawah pengawasan  Pemerintah. Sam Tiam, ya, bahkan pergi sendiri  setelah melakukan intimidasi kecil terhadap Ho Hm..
Sam Tiam (Chin Liong Tong) tidak dapat memenuhi pembayaran secara bertahap akan kewajiban keuangannya,  kemudian petarung dan pemimpin mereka bertemu untuk penghormatan dan pemulihan reputasi. …………..
Pemimpin mereka Kho Poei Loy  semacam imam  "terkenal" dan pawang hujan akhirnya memutuskan untuk melawan intimidasi tersebut. Karena visibilitas polisi menyababkan ia meninggalkan segalanya  termasuk pengembangan bisnisnya di Klang dan P. Ketam  Ketika akhirnya para petarung Ho Hm tampil begitu beraninya  yang disebabkan istri dari Sam Tiam mengalami  penghinaan kasar - saudara perempuan dari salah satu petarung Sam Tiam berakibat pada diputuskannya hukuman kematian bagi dua orang dari pihak lawan, yang terlibat dalam penghinaan berat tersebut. Putusan hukuman itu adalah "menembak mati dengan menggunakan revolver di Kota di tengah umum", yang juga memiliki fungsi propaganda balas dendam,……  uang  sangat dibutuhkan untuk membayar tiga petarung senjata sejumlah seribu gulden….  Kebiasaan  korban diidentifikasi, kongsie tahu bahwa untuk pembunuhan hanya ditakuti di daerah terpencil di kota,  tapi siapakah yang merasa cukup aman di pusat kota tersebut  bahwa pada realitanya dalam semua kedei Kopi dan hiburan, terutama berada di bawah kendali kongsie mereka sendiri……   Beberapa kedai kopi tetap dalam "diatas jam" malam  yang diatur oleh ‘sahabat’ yang sering mengunjungi mereka, ini menjadi "berbagi" dari pemiik kedei kopi sebagai ganti  perlindungan" mereka…  Setiap waktu di akhir Desember, dimasa  yang tenang bagi Perikanan, kota penuh sesak dengan nelayan  muda, sore hari di pusat kota di luar restoran,  Sangat ramai orang China mencari hiburan di Teater dan kedei-kedei kopi. Banyak wajah-wajah yang asing, bahkan nelayan muda dari pemukiman tetangga…..,  sehingga tidak terlihat dan tidak disadari oleh mereka telah hadirnya puluhan orang asing.
Pada tanggal 23 Desember 1927  di malam hari jam sembilan tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang aneh di saat itu, persimpangan paling ramai yang terang benderang,  tepat sebelum teater China. Tiga laki-laki keluar dari kerumunan kemudian pergi dan mereka berjalan di bawah keremangan  yang gelap di kaki lima (indoor jalan wilayah untuk toko) pada arah sudut kedei kopi…
lalu terdengar beberapa tembakan - dua korban  mati terhempas, Penduduk yang melihat kejadian buru-buru membubarkan diri dan menghilang. Seorang anggota polisi kota bergegas menuju ke lokasi kejadian..
Sementara beberapa orang dari kelompok gang itu menjalankan strategi pengalihan perhatian dengan berteriak kebakaran, dan  dengan demikian menarik perhatian warga di bagian lain kota.
Ini adalah kekacauan besar karena rumah-rumah kayu yang dibangun Bagan Api-Api telah dikenal dengan ancaman bencana kebakaran yang mengerikan dan "alarm kebakaran" segera membawa serta seluruh penduduk pada  suatu kondisi  “ketakutan yang menggila”, dinyatakan dalam sebuahhome run” sesegera mungkin untuk menutup dan mengambil segalanya langkah-langkah yang diperlukan untuk keselamatan keluarga  dan harta benda
Sebelum kita tahu persis apa yang terjadi, para pelaku telah melarikan diri dengan menggunakan sampan………. 

Persaingan dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas, ternyata telah menimbulkan sebuah persoalan sosial dalam komunitas industri ikan di Bagansiapiapi seperti yang telah ditunjukkan oleh beberapa warta di era Kolonial. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial adalah dengan dilakukannya penahanan terhadap sejumlah orang yang dianggap terlibat dalam keanggotaan “Gangster”. Riuhnya kekayaan muara Rokan, telah menumbuhkan petualang-petualang yang datang dari berbagai penjuru, dengan kekuatan sindikasi mencoba dengan berbagai cara melakukan teror dan intimidasi  terhadap tauke, pedagang dan nelayan di Bagansiapiapi.


[1]    Dilihat dalam De Sumatra Post, De Terreur van Bagan Si  Api-Api; 16-12-1925.