Oleh : Tressi A Hendraparya
29 April 1920, Menuju Bagan Si Api Api!
Bagan Si Api
Api habis Terbakar
I
Tahun
1920, terdengar khabar bahwa seorang Gubernur dari Pantai Timur akan menuju
Bagansiapiapi dengan menggunakan kapal S.S.Singkel yang juga membawa sejumlah
bahan pangan, terutama beras ke daerah yang terkena bencana: Bagansiapiapi. Oh
ya, Saat itu, Bagansiapiapi dikabarkan dilanda kebakaran hebat, yang hampir
menghanguskan seluruh kota. Lantas apa yang ditulis para kuli tinta?
Wat nu? Een boot charteren? ‘t Zou wat kostbaar worden.
hmm..
biar saja, kan pemerintah yang bayar, akan tetapi, untuk mencapai Bagansiapiapi dari Medan, maka mungkin saja mengingat jembatan reyot di jalan dari Medan menuju Tandjong-Balei .... pada dahulu kala kondisnya begitu berlumpur, kotor, mati.. Lalu mereka
memutuskan untuk ikut dalam rombongan gubernur, dan sesampainya di Balei,
bertanya tentang jadwal kapal dengan agen K.P.M. dimana masih sempat untuk
dikejar trip-nya, setelah itu:
= Telok Niboeng, chauffeur !
‘n Kwart slag
keerde de man zich om.
= Tida bisa toean.
= Wat tida bisa?
Is de auto kapot? Of heb je geen benzene meer?
= Sampe toean,
tetapi tida ada djalan troes di Telok-niboeng.
Dan kemudian kami
mendengar, apa yang kita benar-benar berada di bawah pengalaman historis dan jounalistik yang kita harus ketahui: Bahwa pemerintah Pelabuhan di Telok Niboeng tidak memiliki cara untuk
meletakkannya, atau setidaknya mereka tidak
menyelesaikannya.
Empat tahun yang
panjang, pelabuhan bekerja dengan rute
yang sibuk. Dan ketika ia akhirnya
muncul dengan kondisi yang dikatakan hampir siap ternyata tidak
terdapat jembatan yang sangat diperlukan. Sementara itu saat
ini secara keseluruhan di tempat
lainnya jembatan kayu
dikerjakan dengan sukses! – nampaknya
disini memang masih harus menunggu… Ini santai
saja. Akan tetapi bahkan lebih
luar biasa adalah bahwa di Deli
saat ini di jalur
Telok Niboeng secara tiba-tiba
pembangunan jembatan kayu diputuskan. Dalam
waktu singkat akan mengungkapkan berakhirnya
pembangunan jalan. Apakah ini bukan sebuah Keputusasaan
bagi orang Balei! Ternyata tidak,… Pertama adalah tempat wisata di Balei dari alamat
yang kami surati.
Kedua adalah lalu lintas pada
jalur Tanjong Balei – Telok Niboeng, dapat diambil perjalanan
beberapa mil tanpa henti! Kebanggaan
akan “Deli Spoor”, jadi kami diberitahu tentang hal ini..
Di
stasiun
bertemulah mereka dengan pejabat Balei dan akhirnya kepastian didapat bahwa Gubernur tidak berkunjung
ke Bagansiapiapi dengan kapal wilayah melainkan menggunakan
SS.Singkel. Menjelang setibanya di Bagan, dari kejauhan sang
Gubernur dengan menggunakan teropong
mencoba melihat kota - terhadap deretan rumah, tidak tampak adanya asap yang
membumbung tinggi, juga sisa kobaran api: dan nampaknya,
tidak terlihat dampak yang sangat serius sebagaimana yang diterima beritanya
dari telegram. Tidak mudah untuk mempercayai apa yang telah
disampaikan kepala pemerintahan daerah Bagan jika hanya melihat lokasi dari
kejauhan. Dari Singkel, adanya api seolah-olah
tidak dapat ditanggapi dengan
serius, kondisi yang bertolak belakang dengan isi telegram… Seketika, tibalah
Kontrolir Boejinga dengan sebuah perahu motor kecil menyambut dan segera
membawa rombongan Gubernur ke Pantai. Saat diperjalanan, Gubernur mengajukan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan kebakaran, seberapa besarkah bencananya?
……….. Di pantai, di mana lantai dermaga yang kering
dan panjang membentang ke arah hulu sungai terlihat kekakacauan , kami melihat bukti pertama dari kehancuran dan kerusakan… dan beberapa lantai kering di reruntuhan.
Samar-samar ada beberapa gumpalan asap naik dari situ. …… Orang Eropa, pihak berwenang Cina dan pribumi maju dan
……Kemudian diikuti oleh “menshenmenigte” (kerumuman orang) yang padat, yang mengetahui bahwa kita telah membawa makanan dan bantuan, dimulai
di sekitar koridor. …. Terletak di Bagan-Tengah, sebelah timur desa nelayan-, ... ... .. sebuah tempat terpencil yang reruntuhannya masih membara. …. Seluruhnya terbakar, tempat yang dulunya begitu
hidup, distrik komersial
yang sibuk. ….. Bagaimana itu: tiba-tiba di
malam hari dari Sabtu ke Minggu ternyata sinyal kebakaran yang
terdengar. Namun nampaknya warga tidak terjaga …. atau api, di mana-mana di rumah-rumah kayu dan tanah gambut, api menemukan mangsanya….. Semua hilang dari
mereka..nelayan begitu putus asanya,
tak berdaya irasional dan berlarian ketika api membakar tempat mereka... Mereka berlari seperti orang gila dari satu tempat ketempat lainnya. Nampak para perempuan,
setengah berpakaian, begitu keluar dari
tempat tidur anak-anak mereka melangkah gamang, laki-laki
berjalan dan melambai pada orang-orang. Perintah Sipir tidak diikuti. Permintaan mendesak, doa terdengar tidak serius… …di sini, kemudian,
bahwa rumah-rumah dilanda api yang berkobar dan atap berderak runtuh, ….
bunga api besar turun dan serpih jelaga hitam, dalam badai yang berubah dengan
tentunya angin kencang..
Kontrolir, akan
datang kembali, beberapa pria bersenjata
ditempatkan di sisi sungai. Dan keesokan
paginya, terlihat kano diisi
dengan properti hasil curian, mereka
ingin membawanya keluar Bagan,dan tiba-tiba kontrolir melihat dan segera saja menyiapkan beberapa
senapan dan mencari mereka yang ternyata telah lari berlayar. Meskipun demikian, dalam kepanikan masih banyak juga
yang dapat diselamatkan.
Seperti ditunjukkan bahwa banyaknya harta di rumah Letnan China telah berubah menjadi gunung api. Dia
memiliki dua
rumah di Bagan. Disebutkan bahwa
rumah sang Letnan memiliki perabotan mewah, ukiran mahal,
gading dan marmer terpasang…..Rumah,
itu yang paling dekat dengan pusat
bisnis yang terletak ditepi air, terbakar
habis…Hampir menangis dia mengatakan kepada kami tentang kerusakannya. Kemudian Kami
berbicara sebentar dengan istrinya, memikirkan gagasan tentang apa yang terjadi…. …adalah sejumlahRatusan pedagang,
hartanya telah
terbakar, tidak
meninggalkan apa-apa. Tidak
ada rumah tinggal, tidak ada
tempat tidur untuk tidur, tidak ada
pakaian untuk melindungi dan melawan malam yang dingin. . Setengah telanjang
para pria bergegas di antara reruntuhan di sekitar gudang ke sungai
tempat mereka menghabiskan malam. Permintaan pertama mereka untuk sang gubernur: Pakaian dan selimut. Ini
akan segera dikirim. …. Untuk
sesaat sepertinya, atau bahkan
gedung-gedung pemerintah, itu akan
ditindaklanjuti... Bunga api lebih intens dalam hitungan menit dan sudah mengancam
kantor kontrolir, rumah pejabat eksekutif hingga sebuah kompleks hunian…
Nyonya Boejinga[1]. yang merasa takut segera saja meninggalkan semua perabotannya dan keluar. Tapi untungnya
angin tiba-tiba berbalik
dan bahaya telah berlalu..Bangunan lainnya
milik Pemerintah hampir semuanya utuh.
Mungkin ini yang dinamakan mukjizat…
Mungkin saja hujan yang jatuh
sebelumnya membuat atap lembab dan itu
telah membantu meredamnya…
Dalam 2,5 jam bahaya terbesar telah berlalu. Bagan Tengah
tidak lebih, yang tersisa hanya desisan dari kepulan asap… itulah akhir dari kota.. semuanya, ketiadaan cahaya,
ratapan warga, dan setelah kesengsaraan malam ketika bara api mulai padam,
serombongan pekerja paksa tiba untuk menyajikan kegiatan pertama pasca
kebakaran. Selasa pagi, ketika Gubernur tiba, semua narapidana sedang bekerja..
Berapa banyak dari mereka yang terkena
dampak bencana Bagan
masih perlu untuk diidentifikasi.
Tapi yang pasti, bahwa beberapa
orang Cina setelah kobaran api telah memilih untuk berlayar. Sementara dari atas Singkel, akan diturunkan
muatan yang dibawa dari dari Tandjong Balei adalah sebanyak 800 sak
beras menurut data
yang sebelumnya telah diperoleh. Sementara
itu orang-orang China menolak untuk menyediakan
perahu-perahu
mereka dan terlalu disibukkan dengan pekerjaan mereka sendiri. Singkel
yang tertunda beberapa jam saja, ini berarti pemerintah sebagai
pihak yang telah menyewanya, tentu
saja akan menderita kerugian. Dan ketika
negosiasi dengan kelompok tak memperoleh
hasil: begitu banyak dari perahu
layar enggan untuk menangani masalah
Singkel yang bahkan orang-orang China menolaknya. Akan tetapi ketika mereka mendapati polisi bersenjata
yang diperkuat dari kesatuan Bengkalis telah terlihat mendekat, mereka segera mengirimkan perahu-perahunya. Dan ini, cukup bagi
Sinkel untuk segera
menurunkan muatannya
tersebut.
Di sisi lain, gubernur
dan otoritas utama Bagan
mengadakan rapat dengan para tauke. Selama berjam-jam berada di gedung afdeelingsbank diadakan pertemuan dan dibahas banyak persoalan dimana yang pertama
harus dilakukan untuk mengatasi
bencana di Bagan untuk bencana seperti ini – dan ini bukan yang pertama! Segera saja tampil
perwakilan mayoritas pemilik rumah-rumah yang terbakar; Letnan China dari Bengkalis itu. Dia mengusulkan agar sesegera
mungkin memulai rekonstruksi, namun dengan format yang
berbeda, seperti pengaturan jarak antar bangunan agar api tidak mudah menyebar.
Selain itu, menerapkan pembangunan dengan bahan tahan api,kebutuhan tangki
air, atau juga dipertimbangkan pembelian
pompa air untuk pemadaman api. Tentu saja, seperti di Amsterdam akan
diterapkan ke Bagan. Tapi bagi kota nelayan tersebut hal ini akan
terkait dengan biaya yang tinggi. Jadi kita berdiri di sini untuk acara yang fatal, yang akan menunjukkan
lagi dan lagi. Gubernur benar-benar bertanya-tanya tentang kenyataan
bahwa terakhir api telah berkobar pada tahun 1908………
Terdapat periode bebas bencana selama lebih dari 12 tahun, dan ia mengatakan kepada kami tentang Banjarmasin,
Pontianak dan tempat-tempat lain,
dengan cara yang sama
pula kedepan Bagan akan dibangun,
bahwa kebakaran mengikuti
satu sama lain dengan lebih cepat. Dalam waktu dekat,
tempat nelayan telah dibangun dan
dilakukan tindakan
pencegahan yang paling seksama, karena
itu diharapkan hanya sesekali saja akan didengar kebakaran
besar di sana. Api tidak
hanya sekedar karakter, akan tetapi
juga berkaitan dengan nama dari tempat ini,dan mungkin
tidak akan pernah menghilang dari lembaran sejarah
Bagan Api Api.
Mungkin ada juga yang
didapati lebih merugikan. Bagi
siapa pun hanya beberapa jam
telah bertempat tinggal di desa nelayan,
akan mengakui bahwa api sebenarnya adalah sekutu efektif dalam pertempuran melawan sesuatu yang besar, yang di sini, dengan ikan
kering dan membusuk, mungkin suatu obsesi yang mengerikan telah
terjadi. Tapi akan saya katakan besok dalam sebuah artikel yang terpisah.